Musuh Tak Terlihat

Yang terburuk adalah manusia yang selalu merasa dirinya sudah baik. Tidak ada lagi selain itu.

Dan yang paling parah dalam kehidupan rumah tangga adalah, para istri / suami yang merasa dia sudah menjadi pasangan yang baik. Tapi dalam kenyataannya ia sering menyakiti meskipun tanpa sengaja.

Karena baik dalam satu hal, mengerti perasaan pasangan dalam suatu kondisi tidak membuat baik juga dalam banyak hal lainnya. Mengerti di satu kondisi tidak menjadikannya mengerti dalam setiap kondisi.

Yang ditakutkan adalah, hanya karena pujian satu kali. Lalu kita lupa, bahwa ada banyak hal lainnya yang mungkin itu tercela.

Merasa sudah baik, adalah hal yang tidak baik meskipun tidak selalu begitu

Takan Sama

Untuk sebagian besar perempuan yang pernah mengalami keguguran. Mungkin itu hanya sekedar kejadian yang lambat taun mudah terlupakan. Tergantikan dengan anak anak lucu yang lahir di kemudian hari.

Untuk sebagian besar perempuan, keguguran menjadi hal yang wajar untuk mereka mereka yang hamil di usia muda. Nanti juga isi lagi, katanya.

Sebagian perempuan, tidak apa apa. Mereka baik baik saja setelah keguguran. Dunia mereka kembali berjalan seperti sedia kala. Kembali berbahagia, hamil lagi kemudian dan melahirkan. Maka, keguguran itu tak berarti apa apa. Hanya musibah yang mampir sebentar untuk memberikan pelajaran.

Tapi tidak sama,

Beberapa wanita, menjadi merana setelah keguguran. Dunianya ikut gugur…

Dunianya ikut luruh dan hatinya hancur.

Dunia setelahnya menjadi tak sama lagi. Setiap hari adalah hari dimana ia harus berjuang untuk sembuh dari luka yang tak juga terhapus.

Kenangan tentang hari dimana dia keguguran adalah mimpi buruk yang tak bisa di singkirkan.

Luka Yang Terawat

Pernah nonton drama Korea yang judulnya Mine? Kalau udah pernah, kalian pasti tau betapa sedihnya Seo Hee Soo di episode ini.

Satu tahun berlalu, tapi rasanya masih seperti beberapa hari berlalu. Lukanya telah mengering, tapi sakitnya seperti baru kemarin.

Aku hampir kehilangan cahaya, sinar yang menyala dari api harapan yang selalu aku jaga. Aku hampir saja putus asa, perasaan yang selalu aku hindari sekian lama.

Melihat Seo Hee Soo menangis seperti itu, aku iri. Seandainya bisa, aku ingin menangis seperti itu. Menangis sekuat kuatnya. Menangis sejadi jadinya. Membiarkan segala perasaan itu mengalir bersama air mata. Sayangnya, aku tidak bisa melakukannya. Ketika sesakit itu perasaanku yang kehilanganmu, aku masih berpura – pura baik. Menyelipkan seutas senyum ketika hatiku sedang benar benar rapuh. Dan itu adalah kesalahan terbesarku.

Mengapa aku harus tersenyum saat aku terluka? Kenapa aku harus baik baik saja ketika aku kehilangan? Mengapa aku masih harus kuat, ketika aku merasa benar benar rapuh karena perpisahan yang sungguh tidak aku inginkan? Harusnya aku tidak melakukannya. Seharusnya, aku jujur pada diriku sendiri. Aku tidak harus memikulnya. Aku tidak harus menyimpan beban yang tidak lagi sanggup untuk aku tahan. Seharusnya, aku membiarkannya terlampiaskan.

Ditulis tahun 2021

Ada Apa

Entah sejak kapan ini semua bermula. Hingga akhirnya saat ini aku selalu merasa tidak baik baik saja. Setiap saat dadaku sesak, bergetar seperti menahan amarah yang tidak bisa aku luapkan. Di suatu waktu yang sangat tiba tiba, aku merasa akan menangis hebat. Seperti ada kesedihan yang teramat sedang aku rasakan.

Entah sebab apa mulanya. Aku selalu merasa payah. Kebingungan tentang apa saja sebenarnya hal yang aku sukai dan hal apa yang ingin aku lakukan. Semua minatku menguap dan menghilang begitu saja.

Aku tersiksa oleh apa yang tidak aku ketahui. Setiap hari berjalan dengan perasaan seperti sedang dikejar. Segalanya ingin dengan cepat aku selesaikan. Padahal tidak ada sesuatupun yang mengejar atau bahkan menungguku.

Membaca tak lagi membuatku tenang

Menulis tak lagi membuatku lega

Entah,

Ada apa dengan diriku

Andai

Pasti, banyak kenangan yang sudah aku lupakan. Banyak ingatan yang menghilang, padahal mungkin itu sangat berharga dan istimewa. Kamu tau? Aku sering kecewa pada diriku sendiri. Kenyataannya, ingatanku terbatas. Aku hanya mengingat beberapa momen yang membahagiakan. Dan sisanya membuatku sesak, tak juga lega hatiku meski telah mengambil nafas panjang.

Sekarang, baru empat tahun dari kepergianmu. Tapi ingatan tentangmu perlahan mulai memudar. Bahkan, terkadang aku kesulitan untuk mengingat wajahmu. Sungguh, aku amat membenci itu.

Pernah aku mencoba mengingat dan mengenang masa kita bersama. Pada awalnya, aku menemukan potongan hal hal yang menyenangkan. Saat kau membuat makanan, saat kau duduk memijat kakiku. Saat aku pura pura tidur, dan kau mengusir nyamuk dari wajahku. Sejujurnya, aku berusaha keras untuk menemukan kenangan lainnya. Tapi, kebanyakan yang aku ingat adalah momen saat kau pergi meninggalkan aku. Dan itu menyakitkan.

Andai, waktu itu kamu memberikan aku kesempatan. Aku mau ikut bersamamu. Meskipun sulit, susah dan serba kekurangan. Aku mau bersamamu. Agar aku bisa punya banyak kenangan indah bersamamu. Bukan saat kamu kembali lagi. Dari awal aku mau terus bersamamu..

Karena, rasanya teramat singkat. Sejak kamu kembali padaku, lalu kembali ke Tuhanmu..

Deretan Takdir Yang Tak Bisa Kau Ubah

Banyak hal tak terduga yang lalu lalang dalam perjalanan hidupmu. Banyak hal yang tak pernah terpikirkan terjadi di hadapanmu. Semua itu adalah bagian dari kejadian yang telah di rencanakan sebelumnya oleh alam. Tapi kamu tidak mengetahuinya.

Ada banyak pertanyaan dalam benakmu, tentang banyak hal yang meskipun semalaman suntuk kamu pikirkan. Tetap saja, nalarmu tak mampu menjangkaunya. Engkau bertanya tanya mengapa aku begitu, mengapa ini terjadi. Mengapa berbagai hal baik dan sial menimpaku dan tidak pada oranglain saja. Kamu putus asa mencari cari jawaban dari banyak tanda tanya dalam hidupmu. Tapi hasilnya, otakmu terasa panas. Dan akhirnya kamu menyerah untuk bertanya lagi.

Penyemangat Diri

Ternyata Allah itu baik. Allah membuat kita berjuang keras untuk meraih kesuksesan. Sebab Allah tahu jika kita terlalu mudah untuk meraihnya, maka akan terlalu mudah juga kita kehilangannya. Atau bisa jadi, kita akan menjadi lupa dan lalai. Karena merasa diri sendiri sudah hebat. Maka Allah memberikan waktu untuk kita membangun pondasi yang kokoh. Tembok yang kuat untuk usaha kita, agar kelak tak nudah roboh ketika badai tiba.

Untuk Diri Sendiri

Kamu hanya menang dan kalah dari nafsumu sendiri

Kamu bersaing hanya dengan sisi gelap dari diri sendiri.

berlomba kebaikan dengan dirimu yang kemarin, dan tidak dengan orang lain.

jadi, jangan membandingkannya. Apapun itu…

Manusia selalu mendapatkan takdir yang tepat.

Rezeki yang baik dan tidak mungkin salah tempat.

Manusia itu jahat, ketika dia merasa lebih unggul karena memiliki apa yang tidak bisa dimiliki orang lain.

padahal, ia juga tidak memiliki kelebihan yang ada pada orang lain.

Di Balik Ujian

Setiap pasangan telah Allah takdirkan dengan jalan yang berbeda. Ada yang dengan waktu singkat mendapatkan materi yang berlimpah. Namun tak akur dengan mertua. Ada yang amat beruntung, medapatkan mertua idaman yang baik seperti orangtua kandung, namun Allah mengujinya dengan ekonomi yang sulit. Ada pula orang yang mertuanya baik, ekonominya baik, tapi sulit dalam mendapatkan keturunan. Ada yang dengan mudahnya mendapatkan momongan, tapi Allah uji dengan suaminya yang galak, tak perhatian, atau suaminya baik tapi Allah uji dengan hal lainnya.

Sungguh, Allah telah adil dalam membagi kebahagiaan di dunia ini.

Di balik kesedihan saya sebagai seorang istri yang tak juga hamil, Allah berikan kebahagiaan lain dengan menghadirkan sosok suami yang luar biasa. Bukan hanya kesabarannya menghadapi kemarahanku tiap haid datang, tapi juga semangatnya yang tak pernah sedikitpun berkurang dalam berjuang. Juga keromantisannya yang semakin hari semakin bertambah. Memelukku dengan erat ketika airmata sudah tak lagi mampu untuk aku tahan.

Berbulan bulan yang lalu, sudah puluhan alat deteksi kehamilan aku gunakan. Dan hasilnya semua sama. Satu garis merah. Dan itu cukup membuatku trauma. Merasa alat uji kehamilan itu tidak pernah berpihak padaku. Seolah tiap kali aku menggunakanya, ia justru mengejekku dengan menghadirkan garis satu. Dan itu membuatku jenuh. Tak pernah lagi aku menggunakannya.

Hingga tiga bulan yang lalu, Allah berikan kami berdua kesempatan untuk menemui dokter ternama di kota kami. Dengan segunung harapan yang secara medis aku gantungkan padanya, dua bulan masih gagal. Sedih, kecewa namun lagi lagi Allah tunjukan betapa beruntung aku di jodohkan dengannya. Dan di bulan ketiga, setelah hidrotubasi yang cukup menyakitkan. Tapi dokter memberikan kabar bahagia bahwa peluang kehamilan setelah ini 80%. Sungguh, ia suami yang amat baik kepada istrinya. Memang bukan hanya kali ini dia mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tapi sejak program kehamilan ini ia mengerjakan semuanya. Tak seharipun ia membiarkan aku lelah. Meskipun kadang aku meminta hanya untuk sekedar mencucikan bajunya, ia selalu melarangnya. Aku tau, betapa besar harapannya untuk memiliki keturunan.

Hari hari berlalu, hingga datang jadwal masa haidku datang. Kami berdebar, tak lepas doa kami panjatkan. Sehari terlewati. Si merah belum datang, sampai dua hari berlalu dan kami memutuskan membeli alat deteksi kehamilan lagi, setelah sekian lama aku tak menggunakannya. Dan ketakutan itu masih sama. Aku takut hasilnya hanya garis satu, yang pasti akan membuatku menangis, lagi…

Dan setelah beberapa jam membelinya, si merah datang tanpa persetujuanku. Aku kembali menangis. Dia memelukku lagi, lebih erat. Dia menciumi kening dan pipiku. Mengusap seluruh airmataku.

Gak apa apa, artinya Allah ingin kita berusaha lebih keras. Atau Allah ingin kita lebih lama lagi pacarannya. Jangan sedih, kita ngga perlu ke dokter lagi. Kamu istirahat dari obat obatan dulu yah. Bulan depan kita atur jadwal lagi untuk honeymoon.

Aku semakin tergugu dalam pelukannya. Allah, aku tau diapun kecewa.

Tapi dia tak berubah. Tak satupun pekerjaan rumah tangga boleh aku kerjakan. Selalu dia katakan, ini tugasku. Tugasmu, menjaga kesehatan. Duduk menemaniku makan dan menemaniku tidur.

Sungguh, ini bukti Allah telah adil membagi kebahagiaan. Jangan mengira nasib wanita wanita seperti say selalu sial tanpa kebahagiaan. Meskipun kebahagiaan yang wanita lain rasakan tetaplah menjadi idaman bagi yang tidak mendapatkannya.